Postingan

Cara Mudah Menganalisis Novel

Gambar
Menganalisis sebuah novel adalah pekerjaan yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar, apalagi novel yang dikaji termasuk jenis novel serius. Begitu pun ketika kita membaca dan menganalisis novel Para Priyayi terdapat sejumlah kendala, terutama bagi siswa yang tidak terbiasa membaca khazanah novel modern Indonesia dan adanya jarak yang terbentang jauh dari kultur novel tersebut. Siswa yang biasa membaca novel populer akan menghadapi jalinan kata-kata atau idiom-idiom khas Jawa dalam Para Priyayi yang sukar dipahami. Guru mencoba membantu siswa dengan membuatkan glosarium di blog ini. Selain penggunaan istilah-istilah dari bahasa Jawa, siswa juga menghadapi rentetan cerita yang cukup panjang dari sejumlah karakter tokoh yang ada di dalam novel. Agar pengkajian novel Para Priyayi berlangsung dengan lancar hingga mencapai lembar terakhir, diperlukan strategi untuk memudahkan siswa mencerna lembar demi lembar cerita di dalam novel. 1. Mengenali jenis karakter datar dan bu

Kuis Kelompok (23/10/2018)

Gambar
1. Bagaimana proses Lantip menjadi priyayi? Apakah dari warisan turun-temurun atau dari proses "ngenger" atau pengabdian kepada kalangan priyayi? Berikan alasan Anda 2. Jelaskan perbedaan latar tempat Wanagalih dan Wanalawas di novel tersebut (bab pertama dan kedua)? 3. Dalam bab kedua, Lantip ditinggal dua orang perempuan anggota keluarganya, siapa sajakah mereka? 4. Bagaimana gambaran karakter pada tokoh Lantip (bab kedua)? 5. Bagaimana gambaran karakter pada tokoh Sastrodarsono (bab kedua)? 6. Menurut Anda, apakah konsep strata sosial priyayi relevan dengan zaman modern?

Glosarium Novel Para Priyayi

Gambar
Bab I (Wanagalih) Priyayi : orang yang termasuk lapisan masyarakat yang kedudukannya dianggap terhormat, misalnya golongan pegawai negeri Wanagalih:  kota imajiner dalam novel Para Priyayi . Jika diartikan secara harfiah, wanagalih berarti “kota yang dikepung oleh hutan” Gincu : pewarna bibir atau lipstik Komprang : sangat longgar (tentang celana) Jambon : merah jambu; merah muda (tentang warna) Caping : tudung kepala berbentuk kerucut yang dibuat dari anyaman bambu Niku (Bahasa Jawa percakapan): itu Abdi dalem : pegawai keraton Didawuhi (Bahasa Jawa percakapan): diperintah Tempuran : tempat bertemu dua aliran sungai Jangka Jayabaya atau sering disebut Ramalan Jayabaya: ramalan dalam tradisi Jawa yang salah satunya dipercaya ditulis oleh Jayabaya, seorang raja Kerajaan Kediri. Ratu Adil : mitologi yang menyebutkan akan datang seorang pemimpin yang menjadi penyelamat dan membawa keadilan serta kesejahteraan bagi masyarakat. Ramalan ini berasal dari Prabu Jayabaya. Mosok

Download Novel Para Priyayi BAB 1-3

Gambar
Untuk siswa yang belum membaca novel Para Priyayi karena keterbatasan buku di perpustakaan, bisa men- download novel Para Priyayi bab 1 dan 2 atau halaman 1-31  di sini . Bagi siswa yang sudah membaca bab 1-2 bisa melanjutkan membaca bab 3 yang akan dibagi menjadi tiga bagian PDF agar lebih mudah membaca isi cerita. Untuk itu, siswa bisa men- download bab 3 halaman 32-59 di sini . Halaman berikutnya 60-108 bisa di- download di sini . Halaman terakhir bab 3 109-125 bisa di- download di sini .

Biografi Umar Kayam

Gambar
Umar Kayam adalah penulis ternama dari Indonesia yang memiliki tiga sebutan sekaligus, yaitu sastrawan, budayawan, dan sosiolog. Kayam dilahirkan di Ngawi, Jawa Timur, pada 30 April 1932 dan wafat di Jakarta pada 16 Maret 2002. Seperti dalam kisah novelnya, Para Priyayi , Kayam sendiri merupakan seorang priyayi yang bergelar "raden mas" yang menikah dengan Yus Kayam, seorang redaktur majalah Ayah Bunda. Umar Kayam menyelesaikan sarjana mudanya di Fakultas Pedagogik Universitas Gadjah Mada pada tahun 1955 dan meraih gelar M.A. dari Universitas New York, Amerika Serikat, pada 1963, dan meraih PhD dari Universitas Cornell, Amerika Serikat, pada 1965. Kayam pernah menjadi dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyakara, dosen di Universitas Indonesia, dan pernah menjadi Direktur Jenderal Radio, Televisi, dan Film di Departemen Penerangan RI (1966-1969), Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1969-1972), senior fellow pada East-West Center, Hawaii, Amerika Serikat (1973), Direktur Pusat La