Glosarium Novel Para Priyayi
Bab I (Wanagalih)
- Priyayi: orang yang termasuk lapisan masyarakat yang kedudukannya dianggap terhormat, misalnya golongan pegawai negeri
- Wanagalih: kota imajiner dalam novel Para Priyayi. Jika diartikan secara harfiah, wanagalih berarti “kota yang dikepung oleh hutan”
- Gincu: pewarna bibir atau lipstik
- Komprang: sangat longgar (tentang celana)
- Jambon: merah jambu; merah muda (tentang warna)
- Caping: tudung kepala berbentuk kerucut yang dibuat dari anyaman bambu
- Niku (Bahasa Jawa percakapan): itu
- Abdi dalem: pegawai keraton
- Didawuhi (Bahasa Jawa percakapan): diperintah
- Tempuran: tempat bertemu dua aliran sungai
- Jangka Jayabaya atau sering disebut Ramalan Jayabaya: ramalan dalam tradisi Jawa yang salah satunya dipercaya ditulis oleh Jayabaya, seorang raja Kerajaan Kediri.
- Ratu Adil: mitologi yang menyebutkan akan datang seorang pemimpin yang menjadi penyelamat dan membawa keadilan serta kesejahteraan bagi masyarakat. Ramalan ini berasal dari Prabu Jayabaya.
- Mosok (Bahasa Jawa percakapan): masak (Bahasa Indonesia) yang berarti “mana boleh”
- Gupermen: pegawai-pegawai pemerintah kolonial Belanda
- PKI Muso: Pemberontakan PKI tahun 1948 atau dikenal dengan peristiwa Madiun adalah pemberontakan komunis yang terjadi pada 18 September 1948 di kota Madiun.
- Kecu (Bahasa Jawa): perampok
- Geger: riuh ramai tidak keruan; gempar; heboh; rebut
- Gestapu: Gerakan September Tiga Puluh (G-30-S/PKI)
- Memayu hayuning bawana: filosofi atau nilai luhur tentang kehidupan dari kebudayaan Jawa. Memayu hanuning bawana jika diartikan dalam bahasa Indonesia menjadi “memperindah keindahan dunia”
- Gebyok: pintu rumah yang tersusun dari beberapa daun pintu yang berderet panjang
- Embah: nenek; kakek
Bab II (Lantip)
- Wanalawas: desa imajiner dalam novel Para Priyayi. Secara harfiah bermakna hutan yang tua.
- Bau: satuan ukuran luas tanah sama dengan 7.096 m² atau 500 tombak persegi
- Embok: sebutan untuk ibu-ibu (dari kalangan rendah di Jawa)
- Bedes (Bahasa Jawa): kera atau monyet
- Kesukan: meja permainan kartu cina
- Mangkel (Bahasa Jawa): jengkel; mendongkol
- Gento: istilah lain dari kata preman (Bahasa Jawa kasar)
- Mitraliur: senapan mesin
- Tole (Bahasa Jawa): panggilan yang biasa diserukan oleh orang tua kepada anak kecil
- Dukuh: dusun atau kampung kecil; bagian dari desa
- Mupus (Bahasa Jawa): hapus
- Wedok (Bahasa Jawa): perempuan
- Centang perenang: tidak beraturan letaknya; berantakan
- Somah (Bahasa Jawa): keluarga; batih (anak, suami, istri, dan sebagainya yang serumah)
- Ora usah (Bahasa Jawa percakapan): tidak perlu; enggak usah
- Ndoro (Bahasa Jawa): kata sapaan kepada orang bangsawan atau majikan
- Ulem (Bahasa Jawa): anjuran; imbauan; permintaan
- Inggih (Bahasa Jawa percakapan): Baiklah
- Gedek (Bahasa Jawa): anyaman yang terbuat dari bilah-bilah bambu untuk dinding rumah
- Kerasan (krasan): merasa senang, nyaman, dan tahan tinggal di suatu tempat; betah
- Bekatul: serbuk halus atau tepung yang diperoleh setelah padi ditumbuk dan kulit padi dipisahkan dari bulirnya; dedak lunak
- Keleleran/kleleran (Bahasa Jawa): telantar; tidak terpelihara
- Ngger (Bahasa Jawa percakapan): “Nak”
- Nderek (Bahasa Jawa): ikut
- Kakung (Bahasa Jawa): kakek
- Paklik (Bahasa Jawa): paman
- Nembang/tembang (Bahasa Jawa): syair yang diberi lagu (untuk dinyanyikan); nyanyian
- Uro-uro (Bahasa Jawa): menyanyi perlahan untuk menyampaikan nasihat-nasihat kepada orang lain secara halus; nyanyian tanpa alat musik pendamping; lagu pengusir kesedihan hati
- Asisten wedana: jabatan dalam pemerintahan Hindia Belanda setingkat di bawah wedana (kira-kira sama dengan camat sekarang)
- Wong (Bahasa Jawa percakapan): orang
- Klenengan: pertunjukan orkes karawitan Jawa
- Mocopat/macapat: bentuk puisi Jawa tradisional
- Prigel/keprigelan (Bahasa Jawa): ulet dan rajin bekerja atau berusaha
- Matur nuwun sanget (Bahasa Jawa percakapan): terima kasih banyak
- Ngenger (Bahasa Jawa): menitip anak kepada para priyayi untuk dijadikan abdi, atau abdi dalam di kalangan kerajaan
- ‘Wis, wis, Yem.’ (Bahasa Jawa/hlm 22): 'Sudah, sudah, Yem.'
- Wagu (Bahasa Jawa): kaku
- Medok (Bahasa Jawa/untuk makanan): agak pekat dan kental karena banyak bumbunya
- ‘Cah anyar’ (Bahasa Jawa percakapan): ‘anak baru’
- Sinau (Bahasa Jawa): belajar
- Loro (Bahasa Jawa/untuk angka): dua; kedua
- Panembromo: tembang yang dinyanyikan bersama-sama, bisa diiringi musik atau tidak sama sekali
- Blero (Bahasa Jawa): bersuara sumbang
- Mongkok (Bahasa Jawa): berbesar hati; bangga
- Leyeh-leyeh (Bahasa Jawa): berbaring (bertiduran) untuk melepaskan Lelah
- Gero (Bahasa Jawa): suara keras (tangis)
- ‘Ndilalah kersaning Alah’ (Bahasa Jawa percakapan): ‘Atas kehendak Allah’
- ‘Yo wis to, Le, yang sabar.’ (hlm 30): ‘Ya sudah ya, Nak, yang sabar.’
Bab III (Sastrodarsono)
- Dokar: kereta beroda dua yang ditarik oleh seekor kuda dengan pengemudi di depan; bendi
- Beslit: surat keputusan (penetapan pengangkatan)
- Petani desa jekek: petani desa yang benar-benar asli
- Pakde: sapaan kakak laki-laki ibu atau ayah
- Krasan/kerasan: merasa senang, nyaman, dan tahan tinggal di suatu tempat; betah
- Plinteng: ketapel; mainan anak-anak, gagangnya dibuat dari dahan bercabang dua yang pada kedua ujungnya diikatkan tali karet, dan kedua ujung tali karet lainnya diikatkan pada kulit selebar 3–4 cm, gunanya untuk melontarkan batu kecil
- Kropok: disergap ramai-ramai
- Cemeti: cambuk; pecut
- Mandor: orang yang mengepalai beberapa orang atau kelompok dan bertugas mengawasi pekerjaan mereka
- Bawon; pembagian upah menuai padi yang berdasarkan banyak sedikitnya padi yang dipotong
- Ater-ater: mengantar/mengirim sesuatu kepada saudara atau tetangga
- Rinjing: bakul yang bertangkai terbuat dari anyaman bambu
- Dalem (bahasa Jawa): rumah; istana
- Priyagung: priyayi yang mempunyai kedudukan tinggi
- Tarub: yang dipakai sebagai atap untuk sementara (selama upacara berlangsung dan sebagainya)
- Kemenakan: anak saudara baik dari adik maupun dari kakak
- Wedang: minuman dari bahan gula dan kopi (teh, jahe, dan sebagainya) yang biasanya diseduh dengan air panas, biasanya dapat menghangatkan tubuh
- Juadah: penganan (dibuat dari ketan dan sebagainya)
- Wajik: penganan yang dibuat dari campuran ketan, gula, dan santan kelapa dan dipotong seperti bentuk intan (segi empat, jajaran genjang)
- Dangau: gubuk (rumah kecil) di sawah atau di ladang tempat orang berteduh untuk menjaga tanaman
- Sembukan: perdu dalam suku Rubiaceae yang berbentuk pohon, batang atau cabang yang dipotong mengeluarkan bau busuk, daunnya dimasak sebagai sayur
- Botok: ikan dan sebagainya yang dicampur dengan parutan kelapa muda yang dibumbui, kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dikukus
- Seronok: menyenangkan hati; sedap dilihat (didengar dan sebagainya)
- Klobot/kelobot: daun pembungkus tongkol jagung (biasa dibuat rokok)
- Slepi/selepi: wadah kecil yang dibuat dari anyaman pandan dan sebagainya untuk menyimpan tembakau (rokok dan sebagainya)
- Kromo: tingkatan bahasa dalam bahasa Jawa yang termasuk ragam hormat
- 'Kakang disekseni, nggih' (bahasa Jawa/hlm 39): 'Bang, disaksikan, ya.'
- Kakang (bahasa Jawa): abang
- Sangu (bahasa Jawa): bekal, biasanya berupa uang
- Mantri penjual candu: informasi tentang penjualan legal candu di masa kolonial bisa Anda baca di sini
- Dolan (bahasa Jawa): pergi bersenang-senang
- Sowan (bahasa Jawa): menghadap (kepada orang yang dianggap harus dihormati, seperti raja, guru, atasan, orang tua); berkunjung
- Dahar: makan; santap
- Opas: penjaga kantor
- Nontoni: melihat sambil berkenalan dengan calon istri
Komentar
Posting Komentar